Laman

Senin, 26 Desember 2011

Taman "Thamrin"...Alun-Alunnya Kota Pare

Sudah menjadi keharusan biasanya bagi warga masyarakat tertentu untuk berekreasi (refreshing) setiap akhir pekan (hari sabtu dan minggu), untuk melepas penat akibat aktifitas rutin ataupun juga untuk membahagiakan keluarga terutama anak-anaknya. Bagi yang berkantung tebal, mereka dapat berwisata ke tempat yang agak jauh dan menggunakan kendaraan pribadi. Tapi bagi kalangan menengah ke bawah, alun-alun merupakan salah satu alternatif tempat rekreasi yang murah meriah.


Demikian juga yang terjadi di kota koe tercinta, kota Pare. Jika dahulu saat aku masih sekolah di SMP 1 Pare (sekarang SMPN 2 Pare) yang letaknya dekat dengan taman Thamrin ini masih sepi, dengan kondisi yang kurang terawat. Tapi, Alhamdulillah, sekarang menjadi "jujugan" wajib bagi orang yang ada di pare untuk menikmati malam di taman Thamrin"nya kutho Pare.



Sebenarnya tempat ini bukan alun-alun, akan tetapi sebuah taman, sedangkan masyarakat sudah terlanjur menyebutnya dengan alun alun "Thamrin" atau alun-alun Pare. 

Saat malam minggu atau malam hari libur, dijamin dech...sangat ramai. Dengan luas taman yang tidak seberapa luasnya, tapi mampu mengobati kerinduan dan dahaga warga yang membutuhkan hiburan, terutama bagi pasangan yang telah memiliki anak yang usianya masih kecil (balita). mereka begitu dimanjakan dengan banyaknya penjual makanan dan mainan bagi anak-anak. begitu mudahnya ditemui pedagang kaki lima atau warung-warung tenda yang menjual aneka makanan dan minuman disepanjang pinggir area trotoar taman ini. Di sebelah barat alun alun yang masih dalam satu kawasan dengan taman ini, jika malam minggu atau malam hari libur terlihat ada banyak arena permainan bagi anak-anak, ada kereta putar, arena pemancingan ikan, ogol-ogol, mandi bola, bianglala mini dan permainan lainnya. Dengan uang Rp.10.000,- anak kita bisa melakukan 3 atau 4 arena permainan. Dijamin anak senang dan orangtua jua senang.


pohon beringin 'ringin budho" dan arca


Di taman ini dahulu terdapat pohon beringin yang sangat rindang dan besar, sehingga terasa sejuk dan teduh. Dan saat ini pohon tersebut masih tetap ada dan dipertahankan meskipun sudah tidak serindang dahulu, karena telah dipotong (dipangkas), di bawah pohon beringin  atau ringin budho ini terdapat arca ' mbah budho".

Jika pagi hari, di sekitar taman ini dapat ditemui penjual nasi pecel, dimana pembeli bisa langsung makan di sana dengan duduk di atas tikar sambil menikmati indahnya pagi hari di kota kecil yang penduduknya ramah ini. Pada minggu pagi lebih ramai lagi, karena banyak warga yang memanfaatkan untuk tempat jogging, olahraga, sepeda santai, jalan santai dan lain-lain. Sedangkan bagi pelajar yang ikut kursus di "kampung inggris" biasanya alun-alun ini dipakai sebagai tempat belajar outdoor dan nongkrong bareng.


kota adipura

Kota pare adalah kota adipura, semoga ke depannya warga masyarakat sekitar pare tetap memiliki kesadaran dan kepedulian akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungannya. Dan hal tersebut dimulai dari diri sendiri dan lingkungan keluarga terlebih dahulu, seperti membuang sampah pada tempatnya, melakukan penghijauan di pekarangan rumah, dsb. Sehingga gelar sebagai kota adipura bukan hanya simbolis semata, tetapi bisa diwujudkan dan terlihat nyata di setiap sudut kota tercinta kami.


semoga kota kami tercinta dan warganya selalu mendapatkan rahmat, berkah dan perlindungan dari ALLOH.aamiin...


i love Pare ^_^

Senin, 12 Desember 2011

Pare Kota Tercinta_koe

Pare...oh...Pare...kota kecil di timur Kediri, tepatnya terletak 25 km sebelah timur laut kota Kediri, atau sekitar 120 km barat daya Kota Surabaya. Pare berada pada jalur Kediri-Malang dan jalur Jombang-Kediri serta Jombang - Blitar.  Pare, disanalah aku dilahirkan dan tumbuh kembang hingga menginjak remaja. Kota kecil yang nyaman, damai, sejuk dan sangat nyantai. Yap, betul...di kota kecil ini hiruk pikuk aktifitas manusia tidak seruwet dan setegang kota-kota yang lainnya. Keramah-tamahan dan gotongroyong warga yang masih kental terasa. Akankah semua itu kan tetap ada dan lestari, ataukah akan tergerus roda modernisasi dan kapitlisme masa kini.

simpang ringin budho

Sudah lama ada wacana Pare dikembangkan menjadi ibu kota Kabupaten Kediri, yang secara berangsur-angsur dipindahkan dari Kota Kediri. Namun niat ini tidak pernah serius dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten atau para Bupati yang menjabat. (mulai era Bupati H. Sutrisno, Wacana tersebut akhirnya benar-benar dibatalkan, karena akan mendapatkan protes dari warga di sebagian wilayah Kabupaten Kediri, terutama di daerah selatan-seperti Kras, Ngadiluwih, Kandat dan Ringinrejo dan di daerah barat sungai Brantas-seperti tarokan, Grogrol, Banyakan, semen dan Mojo. Sehingga diambil jalan tengah dengan menempatkan Pusat pemerintahan di wilayah Kec. Ngasem Kediri, tepatnya di Ds. Sukorejo (biasa disebut Katang) dan akan juga dibangun Pusat Bisnis di Wilayah Kota Baru Gumul.)

jalan raya pare

Kota Pare yang berada pada ketinggian 125 meter di atas permukaan laut ini mempunyai udara yang tidak terlalu panas. Berbagai jenis jajanan dan makanan enak dan higinis dengan harga "kampung" dapat dijumpai dengan mudah di kota kecil ini. Kuliner khas yang banyak dijumpai adalah nasi pecel, dengan harga yang relatif murah (sekitar Rp.2.500,-) satu bungkus/per porsi dimana sudah berisi lauk (tempe/tahu) dan peyeknya...ehm yummy...uenaak, pagi-pagi makan nasi pecel.

tugu garuda di perempatan RSUD Pare

Berbagai infrastruktur dan fasilitas kehidupan kota juga dengan mudah dapat dijumpai: hotel dan penginapan, rumah sakit (yang besar HVA dan RSUD), Rumah Sakit Swasta juga ada seperti RS Amelia, Rumah Bersalin dengan fasilitas yang lengkap juga ada, seperti Nuraini dan rumah bersalin lainnya. Terdapat fasilitas bank yang beraneka macam (BCA, BRI, Mandiri, Danamon, Bank Jatim, BNI), ATM bersama, warnet 24 jam ber-AC, masjid, stadion, pemandian (kolam renang) dan lain sebagainya.

RS HVA Toeloengredjo tempo dulu

adipura kebanggaan kota Pare

Pare merupakan kota Adipura. Semoga warga pare memiliki rasa empati yang tinggi terhadap kebersihan lingkungannya, agar gelar sebagai kota adipura tidak hanya sebagai simbol semata. Mari kita hijaukan kot pare tercinta dengan dimulai dari diri kita sendiri di sekitar rumah kita, seperti dengan menanam tanaman di pot-pot, ataupun di lahan yang ada, lebih bagus lagi jika tanaman toga (tanaman obat keluarga).

SMPN 2 Pare

Sekolah-sekolah favorit banyak berdiri di kota pare ini dari tingkat TK sampai dengan SMA. Seperti tingkat TK ada TK Tauladan, TK Al-Fath, TKIT Empat Mei, setingkat SD ada yang bertaraf internasional seperti SDN I Pare, ada juga SDIT Empat mei, SD Al-Fath. Ada SMP Negeri 2 Pare yang merupakan sekolah bertaraf internasional. Pada tingkat SMA terdapat SMA Negeri I Pare dan SMA Negeri 2 Pare yang merupakan SMA kelas Internasional.

SMA Negeri 1 Pare
Pare memiliki tanah yang subur bekas letusan gunung Kelud dan tidak pernah mengalami kekeringan. Produk agraria andalan dari Pare adalah bawang merah, biji mente dan melinjo. Sedangkan oleh-oleh khas dari Pare antara lain adalah tahu kuning dan gethuk pisang. Di Pare sudah lama bermunculan industri menengah bertaraf internasional, seperti industri plywood dan pengembangan bibit-bibit pertanian. Tempat-tempat rekreasi pun telah ada semenjak tahun 1970-an meskipun sederhana, seperti Pemandian Corah, stadion Canda Bhirawa, alun-alun "Ringin Budo"serta sentra ikan hias di Dusun Surowono Desa Canggu.

Stadion Canda Bhirawa Pare
Pare terutama Desa Pelem dan Tulungrejo juga dikenal mempunyai potensi pengembangan kursus Bahasa Inggris. Saat ini lebih banyak bermunculan berbagai jenis bimbingan belajar terutama kursus-kursus Bahasa Inggris. Lebih dari 20 buah lembaga bimbingan belajar menawarkan kursus Bahasa Inggris dengan program program D2, D1 atau short course untuk mengisi waktu liburan. 

BEC (kursus inggris)

Dalam hal ini, kota Pare sebagai pusat belajar bahasa Inggris yang murah, efisien dan efektif sudah terkenal hingga keluar Pulau Jawa. Sebagai efek ikutannya, di daerah Tulungrejo sekarang muncul berbagai jenis tempat penginapan dan kost yang menampung para pelajar dan maupun pekerja. Tarif kos per orang bervariasi dari 50 ribu hingga 200 rb per bulan bergantung faasilitas yang disediakan pemilik kost.

Kecamatan Pare menjadi terkenal di seluruh dunia karena di sinilah antropolog kaliber dunia, Clifford Geertz, yang saat itu masih menjadi mahasiswa doktoral - melakukan penelitian lapangannya yang kemudian ditulisnya sebagai sebuah buku yang berjudul "The Religion of Java". Dalam buku tersebut Geertz menyamarkan Pare dengan nama "Mojokuto". Di Pare, antropolog ini sering berdiskusi dan berkonsultasi dengan Bapak S. Sunuprawiro (alm), waktu itu menjadi wartawan Jawa Pos. Pak Sunu merupakan salah satu narasumber yang membantu antropolog tersebut dalam menyelesaikan bukunya.
perempatan mastrip

Foto di atas adalah perempatan mastrip yang merupakan jalur dimana bisa menuju arah ke dan dari Kediri-Malang, Blitar-Pare, Blitar-Jombang. Pare termasuk kota lama. Ini terbukti dari keberadaan dua candi tidak jauh dari pusat kota, yakni Candi Surowono dan Candi Tegowangi, serta keberadaan patung "Budo" yang berada tepat di pusat kota. Ketiga peninggalan ini membuktikan bahwa Pare telah lahir ratusan tahun lalu. Dahulu di Pare terdapat jalur kereta api dari Kediri ke Jombang, tetapi sekarang hanya tersisa relnya saja. Hanya sampai sekarang belum diketahui dengan pasti kapan kota Pare berdiri dan siapa pendirinya.

Pare..oh...Pare...
kau slalu dihatikoe...^_^...

Rabu, 16 November 2011

indahnya alam ini

Subhanalloh...Alhamdulillah...Allohuakbar...
indahnya alam ciptaanMU Ya ALLOH...saat kami mendapat kesempatan menikmati salah satu kebesaranMU...pantai yg elok & eksotik banget...pantai tikus di sungailiat kab.bangka...

sungguh...memang kep.bangka belitung adalah salah satu daerah di indonesia yang memiliki begitu banyak pantai...dimana pantai tersebut memiliki kekhasan, karakteristik & keindahan yang berbeda-beda...ada pantai yang berpasir begitu luasnya dan panjang banget, seperti pantai pasir padi di kota pangkalpinang, pantai matras di sungailiat kab.bangka, pantai tanjung langka di koba kab.bangka tengah....juga ada pantai yg terdapat batu-batu besarnya, seperti pantai teluk limau, pantai tikus, dll...ada pantai yang sudah go internasional & begitu populer, seperti pantai parai tenggiri dan pantai tanjung pesona di sungailiat...juga ada pantai batu berdaun, pantai batu berlubang, pantai tanjung langka dan masih banyak lagi yang lainnya...

pantai parai tenggiri & pantai tanjung pesona adalah beberapa pantai di sungailiat yang sudah terkenal lho...bahkan di tempat ini terdapat hotel berbintangnya, ada resor & permainan air yang menantang...masih banyak lagi pantai-pantai yang belum terekspos & dimanfaatkan secara optimal sebagai aset daerah yang mampu mendatangkan pendapatan daerah terutama disektor pariwisata...so...tetap semangat untuk memajukan daerah sekitar wilayah pesisir di indonesia tercinta...

indahnya karuniaMU Ya ALLOH...

pantai teluk limau dg batu-batu besarnya
pantai tikus yang eksotis & masih alami...amazing...

pantai tanjung langka di koba kab.bangka tengah

pantai batu berdaun

tanjung pesona

semoga kami bisa menjadi insan yang selalu mensyukuri atas semua nikmat &a karunia yang tlah ENGKAU beri, mampu memberi manfaat bagi sesama...dan...moga semua ini berbarokah.aamiin...
senyum semangat for & b'cz ALLOH...~_^...

Kamis, 10 November 2011

Candi Tegowangi di Kediri

Candi Tegowangi adalah situs peninggalan jaman dahulu yang terletak di desa Tegowangi, kecamatan Plemahan yang merupakan wilayah utara kabupaten Kediri. Candi Tegowangi merupakan salah satu monumen agung warisan Kerajaan Majapahit.


Candi ini dibangun kurang lebih tahun 1400 masehi. Kitab Pararaton dan Negarakertagama menyebutkan bahwa Bhre Matahun setelah wafat pada tahun 1388 masehi, kemudian didarmakan di Tigowangi yang disebutkan berada di Kusumapura dengan upacara Srada setelah 12 tahun kematiannya.



Candi ini dibangun dengan batu andesit dengan pondasi dari batu bata merah dengan orientasi arah ke barat. Diatas Candi terdapat yoni dengan pahatan yang sangat indah dihiasi motif binatang dan naga serta batu pipih.


Untuk mencapai lokasi ini, Anda bisa menempuh melalui kendaraan, lebih kurang 45 menit dari pusat Kota Kediri. Sesuai dengan namanya, candi ini terletak di Desa Tegowangi, kecamatan Plemahan, sekitar 4 Km dari pusat kota Pare Kediri.



Candi Tegowangi memiliki ketinggian sekitar 4,35 M dan berukuran 11,20 x 11,20 M. Seperti yang disebutkan dalam Kitab Paraton, candi Tegowangi merupakan tempat pendermaan Bhre Matahun. Dalam kitab Negarakertagama, dijelaskan bahwa Bhre Matahun meninggal tahun 1310 C (1388 M), maka diperkirakan candi ini dibangun pada tahun 1400 di masa majapahit, karena pendhermaan seorang raja dilakukan 12 tahun setelah sang raja meninggal dengan upacara Srada.



Menelisik dari bentuk bangunan, candi Tegowangi berbentuk bujur sangkar dan menghadap ke barat. Pondasinya terbuat dari batu bata, sedangkan balur kaki dan sebagian tubuh yang tersisa terbuat dari batu andesit. Bagian kaki candi berlipit dan berhias. Tiap sisi kaki candi ditemukan tiga panil tegak yang dihiasi raksasa atau gana yang duduk berjongkok, kedua tangan diangkat ke atas seperti mendukung bangunan candi. Di atasnya terdapat tonjolan-tonjolan berukir melingkari kaki candi. 


Di atas candi terdapat sisi genta yang berhias. Di halaman candi terdapat beberapa arca, yaitu Parwati, Ardhanari, Garuda berbadan manusia, dan sisa-sisa bangunan candi di sudut tenggara. Candi ini diyakini sebagai candi beraliran agama hindu.

Candi Tegowangi merupakan sebuah candi Hindu tua di wilayah Kediri. Candi Tegowangi lokasinya berada di Dusun Candirejo, Desa Tegowangi, Kecamatan Plemahan, Kediri, Jawa Timur, pada posisi GPS -7.73462, 112.16111.



Setelah kira-kira 1 km dari Jl. Papar di Pare, kami masuk ke Jl. Balung Jeruk, dan berbelok masuk ke sebuah jalan kecil sejauh 100 meter dan menjumpai papan nama Candi Tegowangi di atas. Candi Tegowangi tampak di latar belakang, di tengah sebuah pertamanan yang ditumbuhi pepohonan di sekelilingnya.

Lintasan yang dibuat cukup rapi menuju Candi Tegowangi yang ditanam tumbuhan perdu di kiri kanannya. Candi Tegowangi berada di tempat yang sangat terbuka tanpa pepohonan pelindung yang cukup rindang di sekeliingnya, dan satu-satunya tempat duduk adalah di rumah penjaga Candi Tegowangi yang berada di mulut kompleks. Karenanya baik siapkan topi atau payung jika tidak suka dengan sengat matahari.



Tampak muka Candi Tegowangi dengan undakan yang masih berupa reruntuhan. Sudah waktunya dinas purbakala dan pemerintah setempat melakukan restorasi terhadap Candi Tegowangi ini, sehingga menjadi sebuah candi yang utuh dan indah, dan lebih enak untuk dikunjungi.


Tampak samping Candi Tegowangi yang bentuknya relatif masih utuh. Hanya bagian atasnya yang terlihat tidak beraturan dan memerlukan restorasi. Di bagian tengah pada foto di atas terlihat pilar polos yang menghubungkan badan dan kaki candi yang belum selesai dikerjakan. Pilar semacam ini juga dijumpai pada sisi yang lain.



Sebuah sudut Candi Tegowangi yang dihias ukiran berupa relief dedaunan dan sulur-suluran. Candi Tegowangi ini bentuknya bujur sangkar berukuran 11,2 m x 11,2 m, setinggi 4,35 m, menghadap ke barat. Pondasi Candi Tegowangi terbuat dari bata, dengan batur kaki dan bagian lainnya terbuat dari batu andesit.

Sebuah relief Raksasa (Gana) yang duduk dengan lutut tertekuk,sementara kedua tangannya mendorong ke atas seperti menopang bangunan Candi Tegowangi. Di setiap sisi Candi Tegowangi terdapat relief Gana ini dengan bentuk yang sedikit berbeda. 



Candi Tegowangi sangat kaya dengan relief yang melingkari dinding di sekeliling candi, yang seluruhnya berjumlah 14 panel, dengan 3 panel di sisi Utara, 8 panel di sisi Barat dan 3 panel di sisi Selatan, yang berisi cerita Sudamala.

Relief Gana di sisi lain Candi Tegowangi. Di atasnya terdapat tonjolan-tonjolan batu berukir yang melingkari kaki candi. Di atas tonjolan ini terdapat sisi genta yang berhias relief.



Relief pada Candi Tegowangi ini berisi cerita tentang ruat (pensucian) Dewi Durga dari bentuk jelek dan jahat menjadi Dewi Uma dalam bentuknya yang baik. Ritual pensucian ini dilakukan oleh Sadewa, bungsu dari Pendawa. 

Relief pada sisi lain Candi Tegowangi. Pada bilik tubuh candi terdapat Yoni dengan cerat (pancuran) berbentuk naga, namun sayang saya tidak menemukannya. 
Sebuah reruntuhan candi di sisi tenggara Candi Tegowangi. Ada baiknya jika reruntuhan candi ini juga direstorasi dengan mendatangkan ahlinya dari Jawa dan Bali.

Sebuah arca rusak di pelataran Candi Tegowangi, yang mungkin merupakan arca Dewa Wisnu yang tengah menunggang Garuda. Di halaman Candi Tegowangi juga terdapat arca yaitu Parwati, dan Ardhanari. Parwati dianggap sebagai pasangan kedua dari Siwa, yang merupakan ibu dari Ganesha dan Kartikeya (Skanda). Parwati juga dihormati sebagai perwujudan dari Sakti atau Durga.

Menurut Kitab Pararaton, Candi Tegowangi merupakan tempat Pendharmaan Bhre Matahun. Bhre Matahun adalah suami dari Bhre Lasem, yang melahirkan Nagarawardhani yang kemudian menikah dengan Bhre Wirabhumi, putra Hayam Wuruk. 
Dalam Kitab Negarakertagama, Bhre Matahun meninggal pada tahun 1310 C (1388 M), sehingga diperkirakan Candi Tegowangi dibuat pada tahun 1400 M, karena pendharmaan dilakukan 12 tahun setelah meninggal dengan upacara srada.

sumber: www.kotakediri.info.com

Kamis, 20 Oktober 2011

Lokomotif B23 Penuh Kenangan


Keuntungan finansial yang diperoleh perusahaan kereta api swasta Nederlandsch-Indische Spoorweg maatschappij (NIS) dari pengoperasian jalur kereta api rute Semarang – Solo – Yogyakarta dan Jakarta – Bogor memberi harapan baru kepada para pengusaha swasta yang telah berminat untuk menanamkan modal mereka dalam kegiatan jasa angkutan dengan kereta api. Perusahaan kereta api swasta Kediri Stoomtram Maatschappij (KSM) mendapat konsesi dari pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1894 untuk membangun jalan rel di sekitar kota Kediri, Jombang dan Pare. Konstruksi jalan rel pertama dibangun KSM pada rute Jombang – Pare – Kediri (50 km) dan selesai dibangun pada tahun 1897.

Stasiun Pare merupakan kantor pusat dari KSM. Di stasiun ini juga terdapat dipo lokomotif. Pada tahun 1897 – 1900, KSM telah berhasil membangun jalan rel dengan total panjang 121 km. Untuk melayani rute ini, KSM mendatangkan lokomotif uap B23 dari pabrik Henschel (Jerman) pada tahun 1900 sebanyak 1 lokomotif saja. Lokomotif ini digunakan untuk menarik rangkaian kereta yang mengangkut hasil perkebunan dan penumpang pada rute jarak dekat. Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, tingkat produktivitas pertanian dan perkebunan di kota Kediri dapat dikatakan cukup besar, banyak tanah yang disewakan untuk menjadi perkebunan.

Loko B23

Lokomotif B23 memiliki susunan roda 0-4-0T merupakan lokomotif yang memiliki dua silinder berdimensi 280 mm x 430 mm pada sisi luar dengan roda penggerak berdiameter 800 mm. Lokomotif ini dapat melaju hingga kecepatan maksimum 25 km/jam. Berat keseluruhan 16 ton. Lokomotif B23 menggunakan bahan bakar kayu jati atau batubara.

Karena KSM mengalami kesulitan keuangan maka lokomotif ini dipindah ke kota Madiun untuk dioperasionalkan di jalan rel milik perusahaan kereta api Staats Spoorwegen. Satu-satunya lokomotif seri B23 yang didatangkan di Indonesia adalah B23 01. B23 01 saat ini dipajang di Museum Transportasi, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta.

Sumber: http://indonesianheritagerailway.com

Senin, 10 Oktober 2011

Sejarah Yang Terlupakan

Kita mungkin tak akan lupa foto yang ada di buku sejarah. Kalau melihat gambar hitam putih ada orang ditandu, kita langsung berpikir: Jederal Sudirman. Kini tandu tersebut diabadikan di museum Museum Satria Mandala. Lalu bagaimana dengan nasib para pemikul tandunya? 


Berikut tulisan tentang nasib mereka yang diambil dari malangraya.web.id Perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia memang takkan pernah dilupakan rakyat. Akan tetapi, tak banyak sosok pejuang yang bisa diingat rakyat. Djuwari (82 tahun), barangkali satu dari sekian banyak pejuang yang terlupakan. Kakek yang pernah memanggul tandu Panglima Besar Jenderal Soedirman itu, kini masih berkubang dalam kemiskinan. 

Tepat pada peringatan proklamasi 17 Agustus, Malang Post berusaha menelusuri jejak pemanggul tandu sang Panglima Besar. Djuwari berdomisili di Dusun Goliman, Desa Parang Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri, kaki Gunung Wilis. Kampungnya merupakan titik start rute gerilya Panglima Besar Sudirman Kediri-Nganjuk sepanjang sekitar 35 km. 



Dari Malang, dusun Goliman bisa ditempuh dalam waktu sekitar empat jam perjalanan darat. Kabupaten Kediri lebih dekat di tempuh lewat Kota Batu, melewati Kota Pare Kediri hingga menyusur Tugu Simpang Gumul ikon Kabupaten Kediri. Terus melaju ke jurusan barat, jalur ke Dusun Goliman tak terlalu sulit ditemukan. Sejam melewati jalur mendaki di pegunungan Wilis, Malang Post pun tiba di pedusunan yang tengah diterpa kemarau. Rute Gerilya Panglima Besar Jenderal Soedirman memang sangat jauh dari keramaian kota. Titik start gerilya berada di kampung yang dikepung bukit-bukit tinggi dan tebing andesit. 


“Inggih leres, kulo Djuwari, sampeyan saking pundi?” kata seorang kakek yang tengah duduk sambil memegang tongkat di sudut rumah warga Dusun Goliman. Melihat sosok Djuwari tak nampak kegagahan pemuda berumur 21 tahun, yang 61 tahun lalu memanggul Panglima Besar. Namun dipandang lebih dekat, baru tampak sisa-sisa kepahlawanan pemuda Djuwari. Sorot mata kakek 13 cucu itu masih menyala, menunjukkan semangat perjuangan periode awal kemerdekaan. Sang pemanggul tandu Panglima Besar itu mengenakan baju putih teramat lusuh yang tidak dikancingkan. Sehingga angin pegunungan serta mata manusia bebas memandang perut keriputnya yang memang kurus. Sedangkan celana pendek yang dipakai juga tak kalah lusuh dibanding baju atasan. 

Rumah-rumah di Dusun Goliman termasuk area kediaman Djuwari tak begitu jauh dari kehidupan miskin. Beberapa rumah masih berdinding anyaman bambu, jika ada yang bertembok pastilah belum dipermak semen. Sama halnya dengan kediaman Djuwari yang amat sederhana dan belum dilengkapi lantai. “Sing penting wes tau manggul Jenderal, Pak Dirman. Aku manggul teko Goliman menyang Bajulan, iku mlebu Nganjuk,” ujar suami almarhum Saminah itu ketika ditanya balas jasa perjuangannya. Dia bercerita, memanggul tandu Pak Dirman (panggilannya kepada sang Jenderal) adalah kebanggaan luar biasa. Kakek yang memiliki tiga cicit itu mengaku memanggul tandu jenderal merupakan pengabdian. Semua itu dilakukan dengan rasa ikhlas tanpa berharap imbalan apapun. 

Sepanjang hidupnya menjadi eks pemanggul tandu Soedirman, keluarga Djuwari beberapa kali didatangi cucu Panglima Besar. Pernah suatu kali diberi uang Rp 500 ribu, setelah itu belum ada yang datang membantu. Pemerintahan yang cukup baik kepadanya adalah pada zaman Soeharto, sesekali dia digelontor bantuan beras. “Biyen manggule tandu yo gantian le, kiro-kiro onok wong pitu, sing melu manggul teko Goliman yaiku Warso Dauri (kakak kandungnya), Martoredjo (kakak kandung lain ibu) karo Djoyo dari (warga Goliman),” akunya. Perjalanan mengantar gerilya Jenderal Soedirman seingatnya dimulai pukul 8 pagi, dengan dikawal banyak pria berseragam. Rute yang ditempuh teramat berat karena melewati medan berbukit-bukit dan hutan yang amat lebat. 

Seringkali perjalanan berhenti untuk beristirahat sekaligus memakan perbekalan yang dibawa. “Teko Bajulan (Nganjuk), aku karo sing podho mikul terus mbalik nang Goliman. Wektu iku diparingi sewek (jarit) karo sarung,” imbuhnya. Ayah dari empat putra dan empat putri itu menambahkan, waktu itu, istrinya (sudah dipanggil Tuhan setahun lalu) amat senang menerima sewek pemberian sang Jenderal. Saking seringnya dipakai, sewek itupun akhirnya rusak, sehingga kini Djuwari hanya tinggal mewariskan cerita kisahnya mengikuti gerilya. “Pak Dirman pesen, urip kuwi kudu seng rukun, karo tonggo teparo, sak desa kudu rukun kabeh,” katanya. 

Dari empat warga Dusun Goliman yang pernah memanggul tandu Panglima Besar, hanya Djuwari seorang yang masih hidup. Putra Kastawi dan Kainem itu masih memiliki kisah dan semangat masa-masa perang kemerdekaan. Ketika ditanya soal periode kepemimpinan Presiden Soekarno hingga SBY, Djuwari dengan tegas mengatakan TIDAK ADA BEDANYA.

Sumber at: http://www.hajsmy.us/2011/10/sosok-pemikul-tandu-jendral-sudirman.html

Kamis, 15 September 2011

Wisata Sumber Ubalan

Wisata Ubalan  terletak kurang lebih 18 Km ke timur Kota Kediri tepatnya di Dusun Kalasan Desa Jarak Kecamatan Plosoklaten, dapat ditempuh dengan berbagai jenis kendaraan. Tempat wisata Ubalan ini sngat mudah diakses karena letaknya yang dekat jalan raya yang menghubungkan antara Blitar dan Kediri.


Dahulu saat kami masih berdomisili di Turen, kota kecil di selatan Malang, kami sering melewati jalan ini (dusun kalasan, dimana wisata ubalan berada) saat bersilaturrahmi dengan saudara yang ada di Pare, Kediri.


Daya tarik wisata Sumber Ubalan berupa hutan lindung alami dengan berbagai jenis pohon hutan yang luasnya kurang lebih 12 Ha. disamping  itu juga sumber air di tengah hutan yang berhawa sejuk. Kawasan Sumber Ubalan juga menyediakan kolam renang, kolam pancing, panggung terbuka, berkemah, kolam perahu, restoran, mainan anak-anak, atau sekedar menikmati taman yang ditata indah dan asri. 


Penduduk lokal percaya bahwa air dari sumber mata air Ubalan ini bisa memperpanjang umur dan bisa membuat awet muda.

kolam renang di wisata ubalan

ruang pertemuan di ubalan

Taman wisata ini memiliki hutan lindung dan mata air yang jernih disamping juga:
  1. Wana wisata
  2. Kolam renang
  3. Kolam perahu dan sepeda air
  4. Taman bermain anak-anak
  5. Kolam pancing
  6. Taman asri yang indah
  7. Panggung hiburan
  8. Bumi perkemahan

Saat aji bersekolah di TK Tauladan Pare, aji pernah mengikuti kegiatan outbond yang diadakan sekolah TK tersebut. Semua anak TK baik PAUD, TK A dan TK B beserta guru dan wali murid berada di wisata Ubalan ini. Begitu senangnya anak-anak mengikuti pembelajaran di alam.

berfoto bersama di pintu masuk

aji melewati jalan titian memakai tali

memanjat tali

beraksi merangkak

flying fox...seruuu...

Senangnya aji bisa mengikuti kegiatan outbond bersama teman-teman di TK Tauladan Pare Kediri. Sebaiknya jangan dilewatkan ya, tuk mampir dan berwisata di Sumber Ubalan ini saat anda melewati jalur ini (Kediri - Blitar melalui Plosoklaten)...dijamin gak bakal kecewa dech, karena obyek wisatanya beraneka ragam lho bagi keluarga dan semuanya.

Wisata di Gunung Kelud


Gunung Kelud merupakan salang satu gunung yang masih aktif di Indonesia. Saat ini, Gunung kelud sangat fenomenal dengan kubah baru yang ada dari danau tersebut. Untuk mencapai Gunung Kelud, para pengunjung dapat datang dari arah Kediri ke Wates - Margomulyo - Bambingan hingga Jurang Gelap atau Gunung Pedot. Dari Jurang Gelap sampai kubah baru Gunung Kelud sekitar 2 km dan kita bisa melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. 
 
jalan menuju gunung kelud

gerbang pintu masuk ke gunung kelud

Jika berwisata ke gunung kelud, janganlah khawatir, karena di akses jalan ke sana sangatlah mudah, di samping itu Pemkab Kediri juga telah dan masih terus membangun fasilitas yang menunjang agar wisatawan semakin suka dan senang berwisata di daerah ini. Salah satunya rest area (tempat istirahat) dan juga area parkir.

rest area

Gunung kelud saat ini telah berubah. Jika dahulu terdapat kawah hijau, namun kini setelah Gunung Kelud meletus pada tahun 2007  kawah yang indah hilang dan muncul kawah baru yang berbeda dari sebelumnya.

gunung kelud saat masih ada kawah

 peningkatan aktifitas lava

Peningkatan aktivitas Gunung kelud menunjukkan aktivitas fenomenal yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Suhu air pada tahun 1990 ketika meletus sekitar 400 derajat Celsius,
namun dalam peristiwa ini, suhu air meningkat sampai 77,50 Celsius, membuat termometer rusak akibat pemanasan yang tinggi. Gempa bumi juga mengalami peningkatan, baik vulkanik dan gempa tektonik. Gempa bumi lebih tinggi dibandingkan ketika meletus pada tahun 1990.

aktifitas terbentuknya kubah

Peristiwa puncak Gunung kelud ketika muncul kubah dari danau kawah terjadi pada tanggal 5 November 2007 dengan diameter 100 meter serta tinggi 20 meter dari air kawah. Hingga saat ini, Kubah Lava masih tumbuh perlahan-lahan hingga ketinggian 200 meter dan melebar ke sisi barat daya dari luas danau kawah.


 

Dengan kondisi Gunung kelud saat ini, maka Gunung kelud memiliki wajah baru. Dengan kubah baru yang berasal dari kawah, Gunung Kelud terlihat lebih indah dari sebelumnya, dan merupakan peristwa fenomenal yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Perubahan  Gunung kelud dengan Kubah baru sangat menarik bagi pengunjung dan merupakan panorama yang fantastis serta membuat pengunjung penasaran.




Kawasan ini berada + 40 km, + 45 menit dari Kota Kediri dan merupakan wisata gunung aktif berketinggian 1730 m dpl. Suasana yang sejuk dan panorama pegunungan yang indah menjadikan kawasan ini menarik bagi wisata alam, petualangan, dan kesehatan. Daya tarik dari obyek wisata ini antara lain:
  1. Area perkebunan yang rindang dan sejuk
  2. Panorama pegunungan yang indah
  3. Area panjat tebing, jogging, lintas alam, dan bumi perkemahan
  4. Jalan lorong menuju kawah di bawah gunung
  5. Danau kawah belerang di bawah gunung
  6. Pusat Informasi Vulkanologi
  7. Pertunjukan hiburan setiap hari libur/besar.


gedung teather untuk pertunjukan/hiburan

lorong menuju kawah

fenomena jabal magnet

air panas di kelud


pesona kelud di malam hari

Tempat wisata ini buka setiap hari dan bisa dicapai dengan kendaraan bermotor. Jangan lupa bagi anda yang sedang perwisata di kediri untuk mampir juga ke tempat wisata gunung kelud.

sumber foto: dari berbagai image di google