Candi ini dibangun dengan batu andesit dengan pondasi dari
batu bata merah dengan orientasi arah ke barat. Diatas Candi terdapat yoni
dengan pahatan yang sangat indah dihiasi motif binatang dan naga serta batu
pipih.
Untuk mencapai lokasi ini, Anda bisa menempuh melalui
kendaraan, lebih kurang 45 menit dari pusat Kota Kediri. Sesuai dengan namanya, candi ini
terletak di Desa Tegowangi, kecamatan Plemahan, sekitar 4 Km dari pusat kota
Pare Kediri.
Candi Tegowangi memiliki ketinggian sekitar 4,35 M dan berukuran 11,20 x 11,20 M. Seperti yang disebutkan dalam Kitab Paraton, candi Tegowangi merupakan tempat pendermaan Bhre Matahun. Dalam kitab Negarakertagama, dijelaskan bahwa Bhre Matahun meninggal tahun 1310 C (1388 M), maka diperkirakan candi ini dibangun pada tahun 1400 di masa majapahit, karena pendhermaan seorang raja dilakukan 12 tahun setelah sang raja meninggal dengan upacara Srada.
Menelisik dari bentuk bangunan, candi Tegowangi berbentuk bujur sangkar dan menghadap ke barat. Pondasinya terbuat dari batu bata, sedangkan balur kaki dan sebagian tubuh yang tersisa terbuat dari batu andesit. Bagian kaki candi berlipit dan berhias. Tiap sisi kaki candi ditemukan tiga panil tegak yang dihiasi raksasa atau gana yang duduk berjongkok, kedua tangan diangkat ke atas seperti mendukung bangunan candi. Di atasnya terdapat tonjolan-tonjolan berukir melingkari kaki candi.
Di atas candi terdapat sisi genta yang berhias. Di halaman candi terdapat beberapa arca, yaitu Parwati, Ardhanari, Garuda berbadan manusia, dan sisa-sisa bangunan candi di sudut tenggara. Candi ini diyakini sebagai candi beraliran agama hindu.
Candi Tegowangi merupakan sebuah candi Hindu tua di wilayah Kediri. Candi
Tegowangi lokasinya berada di Dusun Candirejo, Desa Tegowangi, Kecamatan
Plemahan, Kediri, Jawa Timur, pada posisi GPS -7.73462, 112.16111.
Lintasan yang dibuat cukup rapi menuju Candi Tegowangi yang ditanam tumbuhan perdu di kiri kanannya. Candi Tegowangi berada di tempat yang sangat terbuka tanpa pepohonan pelindung yang cukup rindang di sekeliingnya, dan satu-satunya tempat duduk adalah di rumah penjaga Candi Tegowangi yang berada di mulut kompleks. Karenanya baik siapkan topi atau payung jika tidak suka dengan sengat matahari.
Tampak muka Candi Tegowangi dengan undakan yang masih berupa reruntuhan. Sudah waktunya dinas purbakala dan pemerintah setempat melakukan restorasi terhadap Candi Tegowangi ini, sehingga menjadi sebuah candi yang utuh dan indah, dan lebih enak untuk dikunjungi.
Sebuah sudut Candi Tegowangi yang dihias ukiran berupa relief dedaunan dan
sulur-suluran. Candi Tegowangi ini bentuknya bujur sangkar berukuran 11,2 m x
11,2 m, setinggi 4,35 m, menghadap ke barat. Pondasi Candi Tegowangi terbuat
dari bata, dengan batur kaki dan bagian lainnya terbuat dari batu andesit.
Sebuah relief Raksasa (Gana) yang duduk dengan lutut tertekuk,sementara kedua tangannya mendorong ke atas seperti menopang bangunan Candi Tegowangi. Di setiap sisi Candi Tegowangi terdapat relief Gana ini dengan bentuk yang sedikit berbeda.
Sebuah relief Raksasa (Gana) yang duduk dengan lutut tertekuk,sementara kedua tangannya mendorong ke atas seperti menopang bangunan Candi Tegowangi. Di setiap sisi Candi Tegowangi terdapat relief Gana ini dengan bentuk yang sedikit berbeda.
Candi Tegowangi sangat kaya dengan relief yang melingkari dinding di sekeliling candi, yang seluruhnya berjumlah 14 panel, dengan 3 panel di sisi Utara, 8 panel di sisi Barat dan 3 panel di sisi Selatan, yang berisi cerita Sudamala.
Relief Gana di sisi lain Candi Tegowangi. Di atasnya terdapat tonjolan-tonjolan batu berukir yang melingkari kaki candi. Di atas tonjolan ini terdapat sisi genta yang berhias relief.
Relief pada Candi Tegowangi ini berisi cerita tentang ruat (pensucian) Dewi Durga dari bentuk jelek dan jahat menjadi Dewi Uma dalam bentuknya yang baik. Ritual pensucian ini dilakukan oleh Sadewa, bungsu dari Pendawa.
Relief pada sisi lain Candi Tegowangi. Pada bilik tubuh candi terdapat Yoni dengan cerat (pancuran) berbentuk naga, namun sayang saya tidak menemukannya. Sebuah reruntuhan candi di sisi tenggara Candi Tegowangi. Ada baiknya jika reruntuhan candi ini juga direstorasi dengan mendatangkan ahlinya dari Jawa dan Bali.
Sebuah arca rusak di pelataran Candi Tegowangi, yang mungkin merupakan arca Dewa Wisnu yang tengah menunggang Garuda. Di halaman Candi Tegowangi juga terdapat arca yaitu Parwati, dan Ardhanari. Parwati dianggap sebagai pasangan kedua dari Siwa, yang merupakan ibu dari Ganesha dan Kartikeya (Skanda). Parwati juga dihormati sebagai perwujudan dari Sakti atau Durga.
Menurut Kitab Pararaton, Candi Tegowangi merupakan tempat Pendharmaan Bhre Matahun. Bhre Matahun adalah suami dari Bhre Lasem, yang melahirkan Nagarawardhani yang kemudian menikah dengan Bhre Wirabhumi, putra Hayam Wuruk.
Dalam Kitab Negarakertagama, Bhre Matahun meninggal pada tahun 1310 C (1388
M), sehingga diperkirakan Candi Tegowangi dibuat pada tahun 1400 M, karena
pendharmaan dilakukan 12 tahun setelah meninggal dengan upacara srada.
sumber: www.kotakediri.info.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar