Laman

Senin, 14 Desember 2015

Ira Poenya Cerita...dari Batam hingga Aceh

Cerita ini diawalai dari hilangnya tas koper yang saya bawa saat perjalanan dinas dari Bangka Belitung (Babel) menuju Aceh dimana transit di Batam untuk kegiatan Sosialisasi Uji Sertifikasi Penyuluh Perikanan yang diadakan oleh Pusat Penyuluhan Kementerian Kelautan dan Perikanan (Pusluh KKP Pusat) pada Hari Kamis, 10 Desember sd Sabtu, 12 Desember 2015. 



Saat sampai di Bandara Aceh saya kaget sekali karena tas koper kecil saya hilang. Ketika saya tanyakan pada petugas bandara, mereka sepertinya pada lepas tangan. Petugas yang mengangkat barang bilang hubungi saja bagian complain bagasi. Saat saya menuju ruang complain bagasi, ternyata kosong tidak ada petugasnya sama sekali. ketika tanya ke petugas lainnya yang ada di sekitar bandara, mereka acuh tak acuh dan tidak mau tahu (pura-pura tidak tahu). dua orang petugas cuma bilang, ibu ke bagian complain bagasi saja di ruang sebelah situ...dan ruangan kosong itu lagi ternyata.

Tidak ada kekhawatiran atau keraguan pada diri saya. Saya yakin dan percaya, jika koper tersebut masih ditakdirkan untuk saya, pasti akan ketemu dan kembali, tapi sebaliknya jika belum rejeki saya, ya hilang atau ditemukan orang lain. Sebagai manusia tetap berikhtiar dan baru tawakkal.

Akhirnya saya mencoba bertanya ke bagian loket depan dari maskapai tersebut. Eh mereka menjawab dengan datar, tidak bilang minta maaf gitu (karena kelalaian mereka), malah saya di kasih nomor HP petugas bagian complain bagasi. Singkat cerita saya saling telpon dengan petugas tersebut hingga petugas lainnyaa yang berganti shift malam. Kata mereka bagasi saya tertinggal di Batam, malam ini juga akan dikirim ke Aceh.

Setelah ditunggu-tunggu sampai malam, akhirnya dapat kabar kalau koper bagasi saya masih belum terangkut juga ke Aceh. Petugas maskapai menjelaskan akan berusaha semaksimal mungkin dan saya jangan khawatir.

Hari kedua masih belum ada kabar berita, siang hari baru ada kabar kalau koper bagasi saya nyangkut/ berada di Medan dan sudah dikirim ke Aceh. Wouw...keren gitu lo...tas koperkoe jalan-jalan kemana-mana. Hingga saya dua hari pakai baju yang sama.




Alhamdulillah akhirnya pas maghrib sore hari tas koper saya diantar di Hotel tempat saya mengikuti kegiatan dinas. Begitu besar karunia dan nikmat yang Tuhan beri pada saya, mendapat kesempatan ke Aceh, menginap di Hotel berbintang, sholat di Masjid yang menjadi saksi bisu peristiwa tsunami 2004, berkenalan dengan kawan penyuluh lainnya, menginap satu malam di hotel berbintang di Batam karena pesawat delay 2 jam dari Aceh, sehingga tidak ada lagi pesawat yang menuju Bangka Belitung. Alhasil rombongan kami baru sampai di Babel hari Minggu, 13 Desember 2015.

at masjid Baiturrahman Aceh

narsis doeloe cz delay 2 jam



Amazing...
Thanks God...
barakallahumaaamiin...
Salam Perikanan ^_^

Sabtu, 12 September 2015

Home Stay Fair 2015 in Muntok City

Kementerian Pariwisata bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menyelenggarakan kegiatan berskala internasional yang berlangsung serempak sejak 11 hingga 12 september 2015. IMT-GT (Indonesia, Malaysia, Thailand - Growth Triangle) Homestay Fair dan Workshop Oldtown  2015 ini merupakan kerjasama subregional, diantaranya Indonesia, Malaysia, Thailand Growth Triangle di bidang pariwisata sebagai promosi dan pemasaran.


Event ini telah dilaksanakan sejak tahun 2012, dan tahun 2015 Indonesia menjadi tuan rumah tepatnya Kota Muntok Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Kesediaan Indonesia menjadi tuan rumah ini telah disampaikan saat ASEAN Tourism Forum Meeting di Kuching Malaysia dan pertemuan IMT-GT working Group on Tourism Meeting di Thailand. 

Event tahunan ini dilaksanakan untuk mempererat hubungan kerja sama bidang pariwisata, ekonomi dan sosial antara negara-negara ASEAN dengan objek tahun ini adalah kota Muntok sebagai Kota Pusaka Nasional yang telah ditetapkan sejak tahun 2012 ini secara Nasional maupun Internasional.

Pembukaan IMT-GT Homestay Fair dan Workshop Oldtown 2015 dilaksanakan di Gedung Majapahit Pusat Metallurgi (PUSMET) Muntok pada 11 September 2015.


Dalam sambutannya, Bapak Zuhri menyampaikan bahwa kota muntok merupakan kota yang menghasilkan berbagai komoditi seperti lada dan juga dikenal sebagai kota seribu kue dan kota tua. Dalam perkembangan sektor pariwisata, Pemerintah Kabupaten Bangka Barat terfokus pada pengembangan pariwisata dan wisata sejarah untuk masa yang akan datang.
Partisipasi Pemda Bangka Barat dalam IMT-GT Homestay Fair dan Workshop Oldtown, salah satunya dengan menyediakan 70 homestay dan 149 kamar. Peserta dapat merasa nyaman walaupun hanya berkunjung dalam waktu yang singkat. 

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan salah satu dari 10 Provinsi yang tercatat dalam keanggotaan IMT-GT yang bertujuan untuk mempromosikan pariwisata  seperti pengembangan wisata homestay yang nantinya akan membentuk jaringan program homestay antar negara anggota IMT-GT ini.

Pemilihan Kota Muntok ini sebagai tempat terselenggaranya IMT-GT homestay fair dan workshop Oldtown ini sangat tepat, mengingat kota Muntok adalah kota penuh sejarah dan memiliki potensi pariwisata yang cukup tinggi. Kota Muntok sudah saatnya menjadi kota inspirasi bagi Negara lain dalam upaya megembangkan potensi pariwisata bertema sejarah.
  
Dengan sinergitas antara  pemerintah pusat, provinsi, dan pemerintah daerah ini dapat terus berlangsung  dan momen event seperti ini dapat menjadi titik awal percepatan perkembangan pariwisata. 



Kehadiran rombongan pembicara pada kegiatan workshop Kota Tua, Gede Ardhika mantan Menteri Pariwistaa dan pengamat Kepariwisataan dan Prof Kemas Ridwan Kurniawan, Guru besar Fakultas Tekhnik UI. Rombongan mantan Menteri Pariwisata menumpang pesawat Garuda Indonesia tiba pukul 11.25 WIB. Setelah istirahat sejenak di Ruang VIP Bandara Depati Amir, melanjutkan perjalanan ke Muntok Bangka Barat. Kegiatan Workshop Tentang Kota Tua dibuka hari Jumat 11 September 2015.

museum timah muntok

 pameran di samping museum timah

 wisma ranggam


rumah khas bangka

Bazar dan panggung hiburan musik diadakan di Lapangan Gelora dekat Alun-alun Muntok, sedangkan hiburan rakyat juga diadakan di dekat museum tima muntok atau depan kantor KPU Muntok. animo masyarakat Muntok juga besar, dimana di kedua lokasi ini ramai dihadiri masyarakat yang berbondong-bondong untuk menyemarakkan kegiatan HSF ini.

suasana malam di dekat alun-alun muntok

semarak lampion di muntok
foto: dokumen pribadi & google

Minggu, 02 Agustus 2015

Menikmati Indahnya Pantai Goa Cina di Malang Selatan

Saat Lebaran Idul Fitri kemarin, kami sekeluarga mudik lagi ke Jawa. Alhamdulillah di sela-sela terapi anak kami kedua yaang mengalami delay motorik dan bicara, diberi kesempatan untuk menikmati indahnya salah satu pantai di selatan Kabupaten Malang, yaitu Pantai Goa China.
Hasil gambar untuk pantai goa china malang

Pantai Goa China adalah sebuah pantai di pesisir selatan yang terletak di Dusun Tumpak Awu Desa Sitiarjo Kecamatan Ssumbermanjing Wetan Kabupaten Malang Jawa Timur. Nama asli pantai ini adalah Pantai Rowo Indah, namun karena pernah terjadi peristiwa kematian seorang China yang sedang bertapa di dalam goa yang ada di kawasan pantai ini, nama Rowo Indah kalah popular daripada Goa China sampai sekarang. 


Tidak ada catatan resmi tahun berapa tragedi itu terjadi, namun warga sekitar pantai meyakini sekitar 20 tahunan silam. Dari Pantai Bajulmati Desa Gajahrejo Kecamatan Gedangan menuju Pantai Goa China ini hanya perlu waktu sekitar 15 menit karena kedua pantai ini hanya berjarak kurang lebih 7 km. Aksesnya pun sangat mudah karena melewati jalur lingkar selatan (JLS) dengan aspal yang mulus. Terdapat petunjuk arah dan rambu-rambu yang akan memandu pengunjung untuk menuju lokasi. Tetapi Anda harus tetap berhati-hati karena jalannya berkelok-kelok dan berada di sisi jurang.

Sebelum memasuki Pantai Goa China kita akan melewati Jembatan Bajulmati yang berada di atas muara laut tersebut. Jembatan tersebut memiliki panjang sekitar 80 meter dengan lebar sekitar 20 meter untuk dua jalur. Arsitekturnya cukup bagus dengan tiang melengkung di tengah jembatan dengan posisi membujur. Ketinggian tiang mencapai 20 meter. Model jembatan ini khas sekali sehingga cukup artistik. Jarak sekitar satu kilometer ke arah timur dari jembatan itu, ada pintu masuk menuju Pantai Goa China. Sayang, akses dari Jalur Lingkar Selatan (JLS) menuju Pantai Goa China agak susah, sekitar 500 meter jalan rusak parah. Jalannya sebenarnya cukup lebar, namun karena jalan dari tanah tidak rata dan banyaknya bebatuan kapur. Apalagi ketika tergenang hujan, jalan cukup lembek dan licin.

Namun sulitnya medan itu sebanding dengan panorama alam yang disajikan Pantai Goa China. Luas area Pantai Goa China tidak begitu luas, namun keberadaan tiga pulau yang berada di tengah-tengah pantai membuat pandangan lebih indah. Tiga pulau itu adalah Pulau Bantengan, Pulau Goa China dan Pulau Nyonya. Di pinggir pantai ini cukup asri, pohon-pohon berbagai jenis seperti pohon cembirit, ketapang, dan pohon jenis tutup berjajar rapi di area pinggir pantai. Pohon-pohon ini cukup meneduhkan pengunjung, apalagi di bibir pantai yang cukup jernih hingga kelihatan batu karangnya.



Keberadaan goa di pantai ini terletak di sisi kanan pantai sekitar 50 meter dan berada di bukit karang. Goa tersebut sebenarnya tidak begitu bagus, hanya rongga biasa yang menjorok sekitar delapan meter dengan ketinggian sekitar dua meter. Siapa pun bisa dengan mudah masuk. Ruangan di dalamnya juga cukup lebar, bisa untuk dua orang berjalan beriringan. Lebarnya kira-kira dua meteran. Meski namanya goa, tapi tidak terlihat batu-batu stalaktit maupun stalakmit, yakni batu-batu yang menjorok tajam dari atas goa maupun dari sisi tebing maupun dasar goa. Jadi, goa ini lebih tepat disebut sebagai rongga yang ada di dalam karang. Meski begitu, goa terlihat memiliki nilai magis yang kuat.

Terlepas dari mitos dan sisi misteriusnya, pantai yang indah ini juga menyajikan fenomena alam yang langka. Yaitu terjadinya gelombang yang bersimpangan tidak karuan dari tiga arah, selatan, timur dan barat. Arus gelombang itu selalu bertabrakan di antara Pulau Bantengan dan Pulau Nyonya. Karena arus gelombang yang bertabrakan demikian kuat, sehingga memunculkan suara bergemuruh. Inilah salah satu fenomena alam yang cukup langka di pantai Malang Selatan. Karena besarnya ombak, tidak ada perahu nelayan yang berani bersandar di pantai ini. Kawasan Pantai Gua China ini hanya menjadi jalur lalu lintas para nelayan dari segala penjuru menuju Pantai Sendang Biru.
Selain popular dengan keberadaan goanya, pantai ini juga menyajikan fenomena alam yang langka, yakni terjadinya gelombang bersimpangan tidak keruan dari tiga arah, timur, barat dan selatan. Arus gelombang itu selalu bertabrakan di antara Pulau Bantengan dan Pulau Nyonya. Karena arus gelombang yang bertabrakan demikian kuat, sehingga memunculkan suara bergemuruh. 

Inilah salah satu fenomena alam yang cukup langka di pantai Malang selatan. Karena besarnya ombak, tidak ada perahu nelayan yang berani bersandar di pantai ini. Kawasan Pantai Goa China ini hanya menjadi jalur lalu lintas para nelayan dari segala penjuru menuju pantai Sendang Biru. Berbagai fasilitas terdapat di pantai ini misalnya warung makan, musholla, masjid, kamar mandi, dan tempat parkir akan membuat liburan Anda terasa menyenangkan. Namun yang paling khas dan banyak dicari oleh pengunjung adalah es degan atau kelapa muda.
Selain kebersihan pantai yang masih terjaga, Pantai Gua China juga menyediakan area camping untuk wisatawan berkemah. Karena keindahannya, tak sedikit yang memanfaatkan lokasi wisata ini untuk foto pre-wedding. Namun sayangnya, di pantai ini para pengunjung sangat tidak disarankan untuk berenang. Hal ini dikarenakan Pantai Gua China memiliki beberapa tempat dengan kedalaman yang curam dan arus laut yang cukup besar.
Selain dekat dengan Pantai Sendang Biru, pantai ini juga tidak jauh dari Pantai Ngliyep, Pantai Balekambang, Pantai Bajul Mati, dan Pantai Kondang Merak.  
Untuk menuju Pantai Gua China, dari Malang Anda dapat menggunakan kendaraan pribadi. Arahkan kendaraan Anda menuju arah Gadang, Turen dan Sendang Biru. Banyak papan petunjuk ke arah tersebut sehingga memudahkan perjalanan. Sekitar 1,5 km sebelum pantai Sendang Biru ada pertigaan, Anda bisa belok kanan ke arah Pantai Bajul Mati. Dari pertigaan tersebut kurang lebih 5 km sebelah kiri jalan ada papan penunjuk Pantai Gua China. Belok kiri kira-kira 800 meter dengan medan jalan berbatu-batu sampai akhirnya ada loket tiket masuk Pantai Gua China.
Jika menggunakan kendaraan umum, Anda bisa memulai perjalanan dari Terminal Arjosari menuju Terminal Gadang dengan angkutan kota jurusan AG/GA. Kemudian lanjutkan naik angkot Bison menuju Sumbermanjing Wetan/Sendang Biru. Dari Sendang Biru menuju lokasi Pantai Gua China Anda bisa naik ojek.

foto: dok.pribadi