Desa Tulungrejo adalah desa kelahiranku...disanalah aku tumbuh dan berkembang hingga usia remaja. Dahulu desa ini biasa saja perkembangannya. Akan tetapi saat aku menginjak remaja (SMA) hingga saat ini, desa ku dan yang ada di sekitar desa Tulungrejo mengalami perkembangan yang begitu pesat. begitu banyak warung-warung, warnet menjamur, kuliner cepat saji, pertokoan, ada mall, fasilitas bank dan ATM yang beraneka, kendaraan yang padat merayap, ditambah berseliwerannya sepeda "onthel' dimana-mana.
pintu masuk desa Tulungrejo
Saat aku masih SD, jika berangkat sekolah pasti dech melewati 'barongan" atau taman/kebun yang liar, di mana banyak pepohonan tinggi seperti pohon bambu yang rindang, pohon asem, sawo, juwet,dsb yang masih alami dan terlihat menyeramkan (bagi anak kecil seusia ku). Dan saat melewati tempat tersebut, dijamin aku dan teman-temanku saling berlarian (entah karena ketakutan karena seperti 'angker' atau karena pengen cepat-cepat nyampek sekolah agar tidak terlambat...hehehe...).
Tapi, setelah 10 tahun berlalu, tepatnya waktu aku memasuki dunia SMA, tempat yang menyeramkan bagi kami tersebut dah tidak ada, karena sudah berganti menjadi perkampungan (dibangun rumah warga) dan ada mushola/masjidnya. begitu cepatnya laju pertumbuhan penduduk ini salah satunya disebabkab karena program keluarga berencana (KB) yang saat ini kurang menggema lagi gaungnya seperti saat zamannya Bapak presiden Soeharto. Ditambah lagi karena semakin banyaknya pendatang yang bekerja dan menetap di kota pare karena efek adanya "Kampung Inggris". Ya, dulu jalanan tidak begitu ramai, sekarang begitu banyak sepeda "onthel" yang berseliweran di jalan-jalan kecil atau gang-gang kampung ku. Dulu hamparan sawah membentang, sekarang sudah banyak menjadi tempat kost-kostan, warung, warnet, dsb.
Kampung inggris....apa sich kampung inggris itu....
Kalau anda ingin model “santai” pilihlah yang model kuliahan, Siswa sendiri yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Tapi, jika dikejar target (bagi yang akan bekerja/ ikut jenjang pendidikan lebih tinggi) maka Intensive Course (les private)lah pilihannya.
perempatan Tulungrejo, menuju kampung inggris
Tapi, setelah 10 tahun berlalu, tepatnya waktu aku memasuki dunia SMA, tempat yang menyeramkan bagi kami tersebut dah tidak ada, karena sudah berganti menjadi perkampungan (dibangun rumah warga) dan ada mushola/masjidnya. begitu cepatnya laju pertumbuhan penduduk ini salah satunya disebabkab karena program keluarga berencana (KB) yang saat ini kurang menggema lagi gaungnya seperti saat zamannya Bapak presiden Soeharto. Ditambah lagi karena semakin banyaknya pendatang yang bekerja dan menetap di kota pare karena efek adanya "Kampung Inggris". Ya, dulu jalanan tidak begitu ramai, sekarang begitu banyak sepeda "onthel" yang berseliweran di jalan-jalan kecil atau gang-gang kampung ku. Dulu hamparan sawah membentang, sekarang sudah banyak menjadi tempat kost-kostan, warung, warnet, dsb.
Kampung inggris....apa sich kampung inggris itu....
Kampung
inggris atau kampung bahasa adalah sebutan bagi Dusun
Singgahan, Desa Pelem, Kecamatan Pare Kabupaten Kediri, dimana ada puluhan
tempat kursus bahasa asing berada. Hal ini tak lepas dari peran Bapak Muhammad Kalend
Osen asal Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, 20 Februari 1945. Di kampung
halamannya Pak Kalend berprofesi sebagai guru namun profesi sebagai guru di
Kalimantan tidak membuatnya puas untuk menimba ilmu. Hingga pada usia 27 tahun
dia memilih melanjutkan pendidikan di Pulau Jawa.
SEJARAH
Sekitar tahun
1976, Pak Kalend datang ke Dusun Singgahan untuk belajar berguru kepada KH.
Ahmad Yazid, tokoh agama setempat sekaligus pengasuh masjid dan Pondok Darul
Falah. Kiai Yazid juga dikenal menguasai sembilan bahasa asing selain
pengetahuan agama yang luas.
Sebenarnya Pak
Kalend tidak sengaja memulai mengajar bahasa inggris. Saat itu ada dua
mahasiswa semester akhir IAIN Sunan Ampel, Surabaya yang datang ke Pare untuk
berguru bahasa inggris kepada Kiai Yazid. Kedua mahasiswa itu akan menjalani
ujian akhir bahasa Inggris di kampusnya untuk mendapatkan gelar sarjana. Namun
saat itu Kiai Yazid sedang keluar daerah, padahal ujian akhir tinggal lima hari
lagi.
jalan menuju BEC
Akhirnya istri
Kiai Yazid menyarankan mahasiswa tersebut untuk belajar bahasa Inggris kepada
Pak Kalend. Pak Kalend pun memberanikan diri untuk mengajar dua mahasiswa itu,
walau dia belum pernah mengenyam bangku kuliah. Akhirnya keduanya belajar
bahasa Inggris bersama Kalend di Masjid Darul Falah selama lima hari untuk
membahas 350 soal yang menjadi acuan untuk ujian bahasa Inggris dua mahasiswa
itu.
Berbekal
pelajaran dari Pak Kalend, kedua mahasiswa itu lulus dan menyandang gelar
sarjana. Setelah ujian di IAIN Sunan Ampel Surabaya, kedua mahasiswa tersebut
kembali berguru kepada Pak Kalend. Kisah sukses kedua mahasiswa itu lantas
menyebar dari mulut ke mulut. Sejak saat itu banyak santri yang berguru kepada
Pak Kalend. Akhirnya Pak Kalend mendirikan lembaga kursus yang diberi nama BEC,
yang pada awalnya juga masih di serambi masjid. Pesertanya pun hanya remaja
sekitar dan tanpa biaya.
BEC...lembaga khusus pioner
Setelah BEC
berdiri dan masyarakat luas mengetahui kampung inggris, mak bermunculan lembaga
kursus lainnya yang berdampak positif bagi masyarakat sekitarnya. Semula hanya di desa Singgahan tempat kursus bahasa inggris, tapi kemudian di desa sebelahnya yaitu desa Tulungrejo juga bermunculan lembaga-lembaga kursus bahasa inggris. Secara tidak
langsung, penduduk sekitar sangat merasakan manfaat dari sisi ekonomi. Awalnya
penduduk sekitar bermata pencaharian sebagai petani, sekarang penduduk dapat
membuka usaha lain seperti rumah kos, warung, warnet, toko, counter handphone,
fotokopi dan sebagainya. Selain dari segi ekonomi dampak positif lainnya adalah
tingkat pendidikan masyarakat makin tinggi, pengetahuan bahasa masyarakat
secara tidak langsung juga bertambah.
Tempat
Tinggal/Kos
Sekarang sangat
mudah memilih tempat tinggal atau Kos di kampung inggris ini. Begitu banyak
penduduk yang membuka kos untuk tempat tinggal sementara selama belajar disana.
Ada dua jenis kos yaitu Kost biasa dan Kost english area. Kost biasa adalah kost yang
hanya untuk tempat tinggal menginap saja. Kos dengan label English Area yaitu
kost-kostan yang juga memiliki program bahasa English untuk menunjang materi di
tempat kursus.
Di kost english area ini anda wajib menggunakan bahasa inggris
dalam komunikasi sehari-hari. Bahkan ada pembimbing khusus dari tempat kursus
yang ditugaskan melatih bahasa inggris di dalam kost. Sebuah kombinasi yang
bagus, di dalam kursus diajari materi dan praktek, di kehidupan
sehari-hari juga dipraktekkan disertai pembimbing di dalam Kost.
Lingkungan
Lingkungan di
kampung inggris ini sangat kondusif. Untuk muslim disini mengharuskan anda
untuk memakai Jilbab bagi perempuan dan bagi laki-laki memakai kemeja dan
celana panjang. Apalagi di tempat kursus yang sangat disiplin seperti BEC. Di
kampung inggris ini biaya hidup cukup murah, bahkan bisa dibilang sangat murah.
Baik kost-kostan tempat tinggal ataupun makanan.
sebagai acuan, ada yang memberi tarif kost-kostan sekitar Rp 50.000,- sampai dengan Rp. 250.000,-/bulan, tergantung dari fasilitas yang diberikan oleh pemilik kost-kostan. Sedangkan untuk biaya makan, dijamin murah lho dibandingkan dengan kota-kota yang lainnya. Untuk nasi satu bungkus dengan lauk ayam sudah bisa kita dapat dengan harga Rp.4.000,- saja. bahkan yang penggila nasi pecel, sangat dimanjakan, karena di sana begitu mudahnya ditemukan warung-warung penjual nasi pecel. Untuk yang sederhanya dengan lauk hanya tempe/tahu harga per bungkusnya sekitar Rp.2.500,-. jadi bisa dibayangkan, dalam satu hari dengan Rp 10.000,- kita bisa makan tiga kali. Murah banget kan....^_^...
Tempat
Kursus
Cukup sulit
untuk menyebutkan nama satu persatu dengan begitu banyak lembaga kursus di
kampung inggris ini. Sebagai gambaran di BEC milik Pak Kalend, disana siswa
benar-benar dituntut untuk disiplin dan kemauan belajar tinggi. Anda tidak bisa
semaunya bolos tanpa ijin. bahkan bila tidak masuk 3 hari saja Siswa
dikeluarkan. Menurut teman yang belajar disana, dia sangat puas dengan metode
pengajarannya walaupun tingkat awalnya takut dengan aturan BEC yang cukup
ketat. Kalau tidak mampu menempuh level dalam waktu ditentukan siswa bisa di
keluarkan. Umumnya pada saat musim liburan sekolah, kampung inggris ini diserbu pelajar, mahasiswa ataupun masyarakat umum yang ingin belajar dan memperdalam bahasa inggris.
Kalau anda ingin model “santai” pilihlah yang model kuliahan, Siswa sendiri yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Tapi, jika dikejar target (bagi yang akan bekerja/ ikut jenjang pendidikan lebih tinggi) maka Intensive Course (les private)lah pilihannya.
oh iya, karena pengabdian dan jasa dari Pak kalend inilah, maka Seputar indonesia menganugerahi Pak Kalend Osen sebagai
tokoh pendidik teladan dan mendapatkan penghargaan People of The
Year (POTY) 2009. Pemilihan Kalend Osen sebagai tokoh pendidik teladan hingga
mendapatkan penghargaan People of The Year (POTY) 2009 dari
Seputar Indonesia bukan tanpa alasan. Dimana beliau telah memberikan jasa yang luar biasa bagi masyarakat yang ada di desa Singgahan khususnya dan masyarakat sekitar desa Singgahan pada umumnya serta bagi semua orang yang telah mengenyam pendidikan di "kampung inggris" ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar