Laman

Minggu, 15 September 2013

Mangga Podang Yang Menggoda

Musim kemarau begini...enaknya makan mangga podang kesukaan, nich (berkhayal)...apalagi mangga podang yang berasal dari daerah koe disana (kediri)...dijamin nggak mau berhenti, sekali makan bisa habis sekitar 5 buah mangga. Kalo mencari di sini (pangkalpinang) sedikit susah, bahkan mungkin tidak ada. Jadi teringat, kalau pas musim mangga podang, biasanya Almarhum Bapak (Eyang kakung e Aji) selalu mendapat rejeki yang tak disangka sangka dari warga ataupun teman yang domisili di Kec.Banyakan. mendapat kiriman mangga podang satu kardus indomie....ehm...ayo...kita santap sepuasnya...apalagi jika mangga dimasukkan kulkas terlebih dahulu. Baru kemudian disantap di siang hari saat cuaca panas...yummy...sugeeerrrr tenaaan....hehehe....

Kecamatan Banyakan di Kabupaten Kediri merupakan salah satu sentra produksi mangga. Tidak heran jika di kecamatan itu terdapat ratusan warga yang menggantungkan hidup dari berjualan mangga. Pasalnya,profesi itu menjanjikan untung besar hingga Rp 5 juta per hari.

pasar buah Banyakan

Tidak sulit menemukan lokasi kampung mangga Banyakan. Jika anda hendak menuju Kabupaten Nganjuk dari arah Kediri,maka anda akan menemukan deretan pedagang buah mangga di sepanjang jalan raya Kecamatan Banyakan. Di jalur sepanjang sekitar satu kilometer itu,terdapat sedikitnya 20 pedagang buah mangga. Tidak hanya di sepanjang jalan raya,deretan pedagang buah mangga juga tampak di ruas jalan desa,sekitar pasar hingga pemukiman warga. Jika ditotal, jumlah pedagang mangga mencapai ratusan orang. Mereka menggelar dagangannya sejak pukul 3 dinihari hingga 20.00 WIB.


Kecamatan Banyakan memang salah satu sentra produksi mangga di Kabupaten Kediri,selain kecamatan Mojo dan Tarokan. Dari ketiga kecamatan itu,diperoleh produksi mangga sebanyak 569.241 ton per tahunnya.

Melimpahnya produksi mangga di Kecamatan Banyakan menjadi peluang bisnis yang menggiurkan.  Pasalnya,mangga produksi para petani di kecamatan itu sangat digemari oleh masyarakat,baik Kediri maupun luar daerah. Berbagai jenis mangga,seperti podang,gadung,golek dan manalagi selalu menjadi incaran pembeli. Namun dari beragam jenis mangga itu,mangga podang menjadi primadona. 

Besarnya keuntungan dari penjualan mangga membuat banyak warga yang menggeluti pekerjaan itu. Tidak hanya dari wilayah Banyakan,para pedagang mangga juga berasal dari beberapa daerah sekitar,seperti Grogol, Semen dan Tarokan. Warga luar daerah ini umumnya menjadi pedagang musiman. Mereka biasanya berdagang hanya ketika musim panen raya mangga tiba. 

Namun semenjak lebaran lalu hingga saat ini para pedagang mangga musiman itu tetap beroperasi. Akibatnya, para pedagang harus rela berbagai stok. Pasalnya,saat ini pasokan mangga sedikit berkurang menyusul masih sedikitnya petani yang memanen. Minimnya pasokan juga membuat harga jual mangga menjadi naik. “Saat ini pasokan memang turun karena belum waktunya panen. Makanya harga jual naik. Kalau sebelumnya harga antara Rp 8 - 10 ribu per kilogram, sekarang menjadi Rp 11 - 13 ribu per kilonya.


Jika musim mangga telah datang, maka jumlah pembeli akan membludak.  Ini terlihat ketika panen raya tiba, antara bulan November hingga Desember. Bahkan pada bulan - bulan itu pasar buah Banyakan yang biasanya sepi, akan dipenuhi oleh pedagang dan pembeli yang bertransaksi jual beli mangga. .


Mangga Podang termasuk dalam spesies Mangifera indica L. dan famili Anacardiaceae. Genus Mangifera terdiri dari 62 spesies yang berupa pepohonan daun selang-seling (Singh, 1969). Sedangkan Mukherje (1985) mengemukakan bahwa hanya terdapat 41 spesies Mangifera yang terdapat di asia Tenggara, sedangkan spesies selebihnya mungkin sama.  Disamping Mangifera indica L., 15 spesies lainnya dari genus Mangifera dapat dimakan dan beberapa diantaranya enak rasanya, tetapi kualitas buahnya tidak sebaik buah mangga  Mangifera indica L.  dan spesies ini paling enak dimakan.  Namun demikian tetap bermanfaat sebagai batang bawah yang seringkali mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan batang atas, sehingga menampilkan pohon cebol, tahan kekeringan atau produksi dan kualitas

Mangga podang memang memiliki kekhasan bila dibandingkan dengan buah mangga jenis lain baik dari segi rasa ataupun warnanya. Warna kulitnya kuning dengan sedikit bintik merah didekat pangkal dahannya, membawa daya tarik tersendiri bila dipandang. Aromanya khas mengundang selera segar apabila didekati. Rasanya manis walau tanpa gula. Benar – benar memenuhi syarat buah unggulan yang layak untuk dijadikan oleh-oleh khas Kediri.


Sentra penghasil mangga podang di Kabupaten Kediri terdapat di lima kecamatan yang melingkari gunung Wilis yaitu Kecamatan Banyakan, Tarokan, Grogol, Mojo, dan Semen. Jumlah mangga Podang terbesar berada di Kecamatan Banyakan dan Tarokan dengan jumlah kurang lebih 15 ribu pohon. Rata-rata hasil panen perpohon 20-40 kg maka potensi total panen mangga podang bisa mencapai 600 ton permusim.

Potensi mangga podang yang berlimpah ini memerlukan pemikiran yang kreatif untuk memberikan nilai tambah baik itu nilai tambah ekonomi maupun sosial. Nilai tambah ekonomi dapat diwujudkan melalui olahan mangga podang menjadi produk yang tahan lama sehingga persebarannya bisa lebih luas dan tentunya juga memiliki nilai jual yang lebih tingi. Sedangkan nilai tambah sosial adalah dampak dari nilai tambah ekonomi, misalnya munculnya industri rumah tangga olahan mangga podang, bisa membuka lapangan pekerjaan baru bagi warga sekitar yang rata-rata mengandalkan hidup dari pertanian di lahan kering sehingga muncul alternatif ekonomi baru yang bisa mendukung perekonomian desa.

Pemikiran kreatif tersebut tampaknya sudah disadari oleh dua kelompok tani di desa Tiron Kecamatan Banyakan yaitu Kelompok Wanita Tani ‘Budidaya’ di bawah pimpinan Bu Luluk dan Kelompok tani ‘Sumber Mulyo’ yang diketuai Pak Jemu. Dua orang inilah yang memiliki semangat membawa perubahan di dusunnya masing-masing. Memberi inspirasi bagi warga sekitarnya untuk tidak takluk dengan kerasnya alam di lereng gunung Wilis.

Pertama, Kelompok Wanita Tani ‘Budidaya’ yang berlokasi di dusun Sumberbendo ini, telah mendirikan industri rumah tangga olahan mangga podang bekerjasama dengan JICA (Japan International Cooperation Agency : Lembaga pendanaan dari Pemerintah Jepang), Dinas Pertanian Kabupaten Kediri, dan Universitas Brawijaya. Kedua, Kelompok tani Sumber Mulyo yang berlokasi di dusun Kali Gayam, bekerja sama dengan LSM Internasioanal REI (Resource Exchange International) berhasil melahirkan produk manisan mangga podang yang telah menembus pasar luar negeri.


Musim kemarau ini menjadi berkah tersendiri bagi petani dan pedagang mangga Podang. Mangga yang hanya bisa ditemukan di kawasan pertanian lereng Gunung Wilis ini melimpah ruah setelah satu musim rontok tahun lalu. Selain rasanya yang supermanis, mangga ini juga dijuluki sebagai buah ajaib karena disebut-sebut mampu menumpas kanker dan menjaga kolestrol.

Sejak dua bulan terakhir mangga Podang telah memenuhi pasar buah dan kaki lima di setiap sudut Kabupatan dan Kota Kediri. Mangga berukuran sedang dengan warna kuning kemerahan ini selalu menggoda siapa pun untuk mencicipi. Apalagi kemunculannya pada musim panen kali ini sangat ditunggu setelah musim lalu rontok didera hujan berkepanjangan.


Bagi masyarakat Kediri, menyantap mangga Podang sudah menjadi siklus tahunan setiap musim kemarau. Berbeda dengan jenis tanaman lain yang membutuhkan pasokan air, mangga Podang justru tumbuh lebat di saat terik matahari begitu menyengat. Sebab buah ini tak tahan dengan air hujan yang justru membuatnya busuk dan mati.


Sebanyak lima kecamatan yang berada di kawasan itu saat ini tengah berpesta merayakan panen raya. Mereka adalah para petani di Kecamatan Mojo, Semen, Grogol, Tarokan, dan Banyakan sebagai sentra penghasil mangga Podang terbesar. Lebih dari 15 ribu pohon mangga Podang berada di Kecamatan Banyakan dengan rata-rata produksi mencapai 20-40 kilogram per pohon. Jadi dalam satu kali masa panen kawasan ini bisa menyuplai hingga 600 ton mangga Podang.

Uniknya, meski jumlah panennya cukup banyak dengan nilai jual menjanjikan, para petani tidak menjadikannya sebagai tanaman pokok. Pohon ini justru ditanam sebagai selingan di antara pematang atau tegalan. Beberapa warga di permukiman juga menanamnya di halaman atau pekarangan rumah tanpa perawatan sama sekali. Buahnya akan muncul sendiri tanpa perlakuan apa pun.

Lantas apa keistimewaan mangga Podang dibandingkan jenis mangga lainnya? Selain hanya bisa ditemukan di lereng Gunung Wilis, mangga Podang juga diyakini mengandung sumber karotenoid yang disebut beta crytoxanthin, yaitu bahan penumpas kanker yang baik. Selain itu, sejumlah penelitian juga menyebutkan buah ini memiliki kandungan serat yang baik, dengan kadar tujuh gram setiap butirnya. Jadi bisa dipastikan mangga Podang mampu menjaga pencernaan dan kolestrol dalam kondisi normal.

Kasus radang tenggorokan ataupun batuk pada orang yang mengkonsumsi mangga Podang juga jarang ditemukan. Ini berbeda dengan jenis mangga lain yang masih menyisakan rasa gatal pada leher atau panas di perut.

Harganya pun sangat murah lho, dengan kisaran Rp 5.000–7.000 per kilogram di tingkat pedagang. Mereka membelinya dari petani dengan harga Rp 2.000–3.000 per kilogram untuk dijual di pasar buah dan kaki lima (itu saat musim mangga). Tapi jika belum musimnya, harga berkisar antara Rp. 8.000 - 12.000 per kilogram ditingkat pedagang...wouw...lumayan mahal juga ya.

Karena keunikannya ini, Pemerintah Kabupaten Kediri telah menetapkan mangga Podang sebagai buah khas daerah itu yang telah dipamerkan di sejumlah negara. Selain dikonsumsi langsung, buah ini juga lezat diolah menjadi manisan atau rujak buah.

Jika anda ada kesempatan berkunjung ke Kediri, jangan dilewatkan untuk mencoba mencicipi dan menikmati mangga podang yang menggoda ini yaaa....